suaragaruda.com – Di sebuah ruangan sederhana beralaskan jerami, cahaya pagi menembus sela-sela dinding kayu. Anak-anak SD 03 Mayuberi duduk berbaris, mata mereka berbinar menatap papan tulis. Di depan mereka, berdiri bukan seorang guru biasa, melainkan seorang prajurit TNI dari Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti Pos Mayuberi.
Hari itu, pelajaran Matematika tak lagi diajarkan oleh guru tetap. Pratu Dede mengambil alih peran mulia sebagai guru pengganti. Dengan pakaian loreng dan helm tempur masih terpasang, ia menuliskan angka demi angka di papan tulis, lalu membimbing seorang murid maju ke depan. Suasana kelas sederhana itu penuh semangat, seolah angka-angka berubah menjadi jembatan menuju masa depan.
“Bagi kami, mengajar anak-anak adalah bagian dari pengabdian. Pendidikan adalah cahaya yang akan menerangi jalan mereka. Kami berharap, walau sederhana, kehadiran prajurit sebagai tenaga pendidik bisa menumbuhkan semangat belajar dan cinta tanah air,” ungkap Danpos Mayuberi, Letda Inf Arif Natsir, penuh rasa bangga dan haru.
Di mata anak-anak Mayuberi, sosok prajurit tak hanya penjaga negeri, tapi juga sahabat yang sabar mengajarkan. Dari hitungan sederhana hingga makna kebersamaan, semua tersampaikan dalam kehangatan kelas kecil itu.
Di pedalaman Puncak, loreng tak sekadar melindungi, tetapi juga mendidik. Satgas Yonif 700/Wyc menunjukkan bahwa membangun bangsa bisa dimulai dari sebatang kapur, papan tulis, dan senyum anak-anak Papua yang haus akan ilmu.
Autentikasi: Pen Satgas Pamtas RI-PNG mobile Yonif 700 Wira Yudha Cakti
Jhoni